Friday, April 4, 2008

Kompas 4-Apr-08: Petani Percepat Tanam

Petani Percepat Tanam
Informasi HPP Tak Merata, Petani Jual Gabah Lebih Murah
KOMPAS/MUKHAMAD KURNIAWAN / Kompas Images
Petani di Desa Parakanmulya, Kecamatan Tirtamulya, Kabupaten Karawang, menyiapkan lahan persemaian bibit di sawahnya, Rabu (2/4). Sejumlah petani Karawang dan Purwakarta, Jawa Barat, mempercepat masa tanam untuk mengantisipasi perubahan iklim dan kemungkinan memburuknya hasil pertanian.
Jumat, 4 April 2008 | 00:41 WIB

Purwakarta, Kompas - Petani di sejumlah desa di Kecamatan Purwakarta dan Pasawahan, Kabupaten Purwakarta, mempercepat masa tanam kedua untuk menghindari risiko kekeringan saat kemarau nanti. Adapun di Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, kelompok petani telanjur menjual gabah ke tengkulak.

Mereka langsung menebar benih dan mengolah lahan lagi meski panen baru usai. Wawan Sukarwan (45), petani di Kelurahan Nagri Tengah, Purwakarta, Kamis (3/4), mengatakan, petani khawatir situasinya seperti tahun lalu. Tanaman mengering karena hujan tak turun lagi sejak padi berusia 30 hari dan tidak ada air di saluran irigasi. Idealnya, sawah dibiarkan (bera) selama 1-2 bulan untuk memulihkan kondisi tanah serta memutus siklus hama.

Kini, petani mulai menebar benih serta mengolah lahan, dan memanfaatkan debit air irigasi yang masih normal ketika hujan sering turun seperti sekarang.

Wanti (65), petani lainnya di Kelurahan Nagri Kidul, Purwakarta, menambahkan, musim kemarau tahun 2007 datang lebih cepat dibandingkan dengan yang diperkirakan petani. Akibatnya, tanaman padi mengering dan mati karena tidak diairi pada usia 30-45 hari.

Belum merata

Di Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta, kelompok tani mengatakan, informasi mengenai penetapan harga pembelian pemerintah (HPP) oleh Pemerintah Kabupaten Bantul belum merata. Sunardi, Ketua Kelompok Bakti Tani Desa Srigading Sanden, Bantul, mengaku sudah menjual gabahnya Rp 1.800 per kg kepada tengkulak. Sunardi berharap dinas pertanian dan kehutanan memberi informasi detail tentang mekanisme pembelian gabah.

Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan Bantul Edy Suharyanto menjelaskan, petani yang ingin menjual gabah silakan menghubungi Dinas Pertanian dan Kehutanan Bantul.

”Petugas kami akan terjun ke lapangan untuk menunggui panen mereka. Jadi, pembelian yang kami lakukan berdasarkan permintaan petani,” kata Edy.

Sementara itu, sebagian besar petani Kabupaten Blitar, Jawa Timur, memilih tak menjual seluruh hasil panennya untuk mengantisipasi paceklik. Sumarji, petani Desa Ponggok, Blitar, mengatakan, untuk memenuhi kebutuhan di luar beras, mereka kerja sebagai buruh atau tukang ojek. Kepala Perum Bulog Subdivre Cianjur Alwi Umri, Kamis (3/4), mengatakan, hingga 31 Maret, pihaknya telah menyerap beras petani 4.300 ton, dari rencana pembelian tahun 2008 sebesar 34.000 ton.

Mugiono, petani di Kecamatan Gurah, Kediri, menambahkan, rendahnya kesejahteraan petani karena lahan kurang dari 0,3 hektar atau lebih dari 2 hektar, tetapi menyewa. (MKN/CHE/HLN/AHA/ENY/NIK/APA)

No comments: