Thursday, February 7, 2008

LampungPost 3-Feb-08: Surono Danu, Petani Yang Tak Henti Meneliti Tanaman (Padi Unggul Sertani-1)


Copyright © 2003 Lampung Post. All rights reserved.
Minggu, 3 Februari 2008
Surono Danu, Petani yang tak Henti Meneliti Tanaman


BANDARJAYA (Lampost): Tidak pernah terbayang oleh Surono Danu kalau gubuknya di Desa Onoharjo, Lampung Tengah, bakal dikunjungi mantan Presiden Megawati Soekarnoputri. Bahkan, bermimpi pun ia tidak pernah bersalaman dengan Ketua Umum PDI Perjuangan itu.

Tapi, Sabtu (2-2) kemarin, Megawati bersama petinggi PDI Perjuangan secara khusus mengunjungi rumah Surono. Kehadiran Mbak Mega untuk mengapresiasi benih padi unggul Sertani-1 temuan Surono. Itulah kenyataan yang tidak pernah ia impikan sebelumnya.

Sehari sebelum peristiwa bersejarah bagi Surono itu, Lampung Post bertandang ke rumah "sang peneliti". "Inilah istana seribu jendela, tempat berteduh kami. Setiap lubang di dinding geribik ini adalah jendela. Kalau hujan, air hujan pun ikut berteduh ha..ha..ha," kata Surono mengawali pembicaraan, Jumat (1-2) siang.

Pria tinggi-kurus ini memaparkan awal "keterjerumusannya" meneliti tanaman. Surono menjejakkan kaki pertama kali di Lampung tahun 1982 di Desa Bungkuk, Jabung, Lampung Timur. Saat itu ia meneliti dan mengenalkan beberapa tanaman kepada petani. Ia membuat pola pengembangan tanaman nilam dan vanili. "Tujuan saya untuk menambah komoditas di Lampung yang otomatis akan menambah income petani," ujar Surono.

Tahun 1984, ia melanjutkan penelitian dan pengenalan bercocok tanam yang baik ke umbulan Way Pengubuan, persisnya Kampung Terbanggibesar. Ia membawa benih nilam dan melakukan hal serupa kepada petani di sana. Namun, bibit nilam disimpan di Talang Jago, Bukit Kemuning. Ia juga mengenalkan benih jagung hibrida C-1, sekaligus mengajari petani cara bercocok tanam yang baik.

Namun, rupanya Surono kurang puas dengan hasil yang diperoleh petani di Terbanggibesar. Ia pun "bertualang" lagi ke daerah lain di Bumi Ruwa Jurai. Seperti Kalinda, Kotaagung, dan daerah lain sembari meneliti benih padi unggul.

Selama bertualang, Surono mengaku lebih banyak berjalan kaki. Maklum, kondisi ekonominya jauh dari cukup. "Jangankan beli kendaraan, untuk ongkos saja tidak punya," kata dia.

Selama bertahun-tahun ia menjelajahi daerah-daerah pertanian di Lampung. Hasilnya, Surono mengoleksi 181 jenis benih padi. Benih-benih itu dia teliti dan kemudian menetapkan tiga jenis benih padi unggulan. Ketiga jenis benih padi itu pun ia uji dan teliti.

Untuk benih jantan, Surono memilih padi asal Terbanggibesar yang diberi nama Dayang Rindu. Sedangkan benih betina dipilih dua jenis padi, yakni asal Kampung Gunungbatin, Terusannunyai yang dinamainya "Si rendah sekam kuning" dan "Si rendah sekam putih".

Sejak 1985, Surono praktis memusatkan penelitiannya pada ketiga jenis padi itu. Dari hasil persilangan benih itu, 10 tahun kemudian ia menemukan benih padi yang berusia 150 hari. Dan, tujuh tahun kemudian--dengan rumus ciptaan dan pengetahuan yang dimilikinya--Surono akhirnya menemukan benih padi berusia 135 hari.

Meski hasilnya cukup spektakuler, Surono belum puas juga. Ia masih terus meneliti dan tahun 1997 ditemukanlah benih padi berusia 105 hari. Benih padi itu pun ia beri nama Sertani-1.

Sembari mengembangkan benih Sertani-1 dan mengenalkannya pada petani, Surono terus meneliti. Dua tahun kemudian (1999), dia berhasil menemukan benih padi dengan usia panen 95 hari. "Benih padi itu akan kita iberi nama EMESPE-1 singkatan dari Mari Sejahterakan Petani. Saat ini benih padi jenis EMESPE sudah ditanam di Bogor, masih akan diuji tanam dan dalam paket analisis," ujar pria yang sangat tertekan semasa rezim Orde Baru itu.

Modal Semangat

Selama 20-an tahun melakukan penelitian, Surono tidak pernah menerima dan meminta imbalan dari siapa pun. Semua yang dia lakukan semata-mata didorong oleh keinginannya menyejahterakan orang banyak, terutama petani.

Hal yang membuat Surono tidak pernah surut untuk meneliti adalah sikapnya yang kritis dan selalu bersemangat. "Saya tidak punya apa-apa kecuali sikap kritis dan spirit. Seperti virus, inilah yang saya sebarkan kepada masyarakat. Jika kebaikan dan pengetahuan kita sebarkan seperti virus, maka masyarakat akan kuat," ujarnya.

Dalam keseharian, Surono selain dikenal ramah dan tegas, juga terbuka pada siapa pun. Selain tekun meneliti tanaman, ia juga memiliki kemampuan meracik obat-obatan herbal. Sudah banyak orang sakit yang disembuhkan oleh racikan obatnya.

Benih unggul temuan Surono kini menjadi perbincangan. Bukan hanya di Lampung, juga seantero Indonesia. Meski demikian, kehidupan ekonomi Surono belum beranjak naik. Ia tetap saja seorang petani desa yang hidup penuh kesederhanaan. "Ibarat lukisan, saya ini lukisan abstrak, tidak jelas tapi mempunyai arti," ujar Surono menggambarkan dirinya. ANDIKA SUHENDRA/X-2



http://www.lampungpost.com/cetak/cetak.php?id=2008020215500813

3 comments:

ceritacrita said...

mohon bagi contak person pak danu, sy sangat tertarik dengan bibit sertani ciptaan pak danu...ne kontak saya 085319528063 atas nama murdani dari aceh....trims....

Alfan Rizal said...

Saya ada stok.. Minat sms 085755817333 atau kunjungi blog http://dokter-pertanian.blogspot.com

Unknown said...

syapa ada no pak surono bisa d bantu ? informasikan