Sunday, March 2, 2008

Bisnis 26-Feb-08: Mentan: Perlu proteksi bagi strategi pangan

Selasa, 26/02/2008 08:57 WIB

Mentan: Perlu proteksi bagi strategi pangan

oleh : Antara

JAKARTA (Antara): Insentif dan proteksi masih diperlukan sebagai penguatan strategi ketahanan pangan nasional guna menghasilkan pangan yang terjangkau.

"Insentif dan proteksi sebagai kata kunci untuk kecukupan pangan yang terjangkau. Dan jangan lupa pula untuk mensejahterakan petani," kata Menteri Pertanian, Anton Apriantono di Jakarta hari ini.

Anton mengatakan sesuai dengan arti Ketahanan Pangan dalam Undang-undang Nomor 7/1998, yang menyebutkan bahwa Ketahanan Pangan berarti ketersediaan pangan baik dari segi kualitas dan kuantitas, aman, merata, dan terjangkau.

Menurut dia, masalah kemandirian pangan tidaklah cukup karena tidak hanya politik terpenuhi tetapi juga holistik. Bisa saja harga pangan terjangkau, berlimpah, tetapi petani tidak sejahtera.

Data menyebutkan bahwa 68% masyarakat miskin adalah petani, ujar dia. Dan 80% petani miskin tersebut adalah petani pangan.

"Perlu kebijakan yang holistik. Insentif dan proteksi yang dikedepankan oleh negara maju untuk mencapai kemandirian pangan," tambah dia.

Dari segi subsidi, Anton mengakui, yang diberikan saat ini belumlah cukup, dan pada kenyataannya tidak seimbang dengan apa yang telah diberikan pada sektor energi dan listrik.

Namun demikian, dia mengatakan, kemandirian pangan bukan berarti semua produk pertanian harus dihasilkan sendiri. Karena bagaimanapun juga tidak ada negara di dunia yang 100% menghasilkan sendiri produk pertaniannya.

"Silakan kaji, di seluruh dunia tidak semua diproduksi sendiri. Tetapi produk strategis harus mandiri, dicukupi di dalam negeri, dan hanya sedikit yang impor," ujar dia.

Anton mengatakan lima produk strategis yang menjadi target swasembada pangan Indonesia saat ini adalah padi, jagung, kedelai, gula, dan sapi potong. Untuk beras targetnya adalah swasembada berkelanjutan, untuk jagung targetnya swasembada 2007 dan daya saing ekspor 2008, untuk kedelai targetnya akselerasi peningkatan produksi guna mengurangi ketergantungan impor dan swasembada di 2012.

Sementara itu, untuk gula target menuju swasembada berkelanjutan mulai 2009, dan untuk daging sapi akselerasi peningkatan produksi untuk mengurangi ketergantungan impor dan swasembada pada 2010.

Terkait unggas Indonesia sudah swasembada, begitu pula dengan jagung, ujar Anton. FAO menyebutkan bahwa dikatakan swasembada jika 90% merupakan produksi dalam negeri, dan impor jagung Indonesia saat ini hanya 5% saja.

Namun demikian, Anton mengakui, Indonesia masih memiliki ketergantungan untuk kedelai dan daging. (ln)

bisnis.com

No comments: